Kelapa Dan Ikan Dencis Langka, Picu Inflasi Sumut

  • Bagikan
Kepala BPS Sumut Asim Saputra pada rilis berita statistik di Kantor BPS Sumut Jalan Asrama Medan Senin (2/6/2025). Berita Sore/laswie wakid

MEDAN (Berita): Kelapa dan ikan dencis yang langka belakangan ini membuat harga dua komoditi itu meningkat sehingga menjadikannya sebagai komoditas penyumbang inflasi terbesar Sumatera Utara Mei 2025 sebesar 1,11 persen y-on-y.

“Kelapa dan ikan dencis belakangan langka sehingga harganya meningkat pesat yang gilirannya memberikan andil inflasi terbesar di bulan Mei ini,” kata Asim Saputra, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara kepada wartawan di kantornya Jalan Asrama Pondok Kelapa Medan Senin (2/6/2025).

Asim menyebut selain dua komoditas itu, penyumbang inflasi terbesar lainnya masih di emas perhiasan yang harganya juga cenderung naik ditambah minyak goreng dan sigaret kretek mesin. Dari sisi kelompok, penyumbang inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, perawatan kesehatan, pakaian dan alas kaki, pendidikan serta pengelolaan makanan dan restoran.

Sedangkan penyumbang terbesar deflasi pada komoditas cabe merah, bawang merah, daging ayam ras, kentang dan angkutan udara. “Cabe merah memberikan. Andil deflasi untuk semua kota atau delapan kota Indeks Harga Konsumen di Sumut,” kata Asim.

Pada Mei 2025, Provinsi Sumatera Utara mengalami inflasi y-on-y sebesar 1,11 persen
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,29.

Kota Gunungsitoli mengalami inflasi sebesar 3,18 persen dan menjadikannya sebagai kota dengan inflasi tertinggi di Sumatera Utara.
Sedangkan inflasi y-on-y yang terendah terjadi di Kabupaten Karo sebesar 0,41 persen dengan IHK sebesar 108,49.

Inflasi y-on-y pada Mei 2025 yakni Sibolga 1,43 persen, Padangsidimpuan 202 persen, .Medan 0,64 persen, Deliserdang 1,87 persen, Pematangsiantar 2,77 persen dan Labuhanbatu 0,93 persen

Menurutnya, inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks sebagian besar kelompok pengeluaran.

Kelompok pengeluaran tersebut yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,39 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,52 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,72 persen/

“Kemudian kelompok transportasi sebesar 0,92 persen; kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,88 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,04 persen,” katanya.

Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,13 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 10,05 persen.

“Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,04 persen dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,02 persen,” ujarnya.

Tingkat deflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,49 persen dan tingkat inflasi
year-to-date (y-to-d) sebesar 0,97 persen dan 1,11 persen untuk y-on-y. Sedangkan nasional pada Mei 2025 deflasi 0,37 persen (m-to-m), tingkat inflasi y-to-d sebesar 1,19 persen, inflasi y-on-y 1,60 persen.

Asim mengatakan semua kota inflasi di Sumatera Utara pada Mei 2025 (m-to-m) mengalami deflasi yakni Tanah Karo 0,18 persen, Sibolga 0,25 persen, Gunungsitoli 0,16 persen, Padangsidimpuan 0,68 persen, Medan 0,48 persen, Deliserdang 0,58 persen, Pematangsiantar 0,17 persen dan Labuhanbatu 0,51 persen.

“Deflasi tertinggi bulan Mei 2025 di Padangsidimpuan,” tutup Asim. (wie)

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *