MEDAN (Berita): Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2020 mengalami kontraksi yang cukup dalam -1,07 persen (yoy).
Dengan adanya rebound ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2021, diproyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2021 akan terus terakselerasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara Soekowardojo mengatakan hal itu pada acara Bincang-Bincang Media (BBM) digelar secara virtual Senin (25/10).
Meskipun perkembangan kasus positif Covid-19 serta penerapan kebijakan PPKM diprakirakan akan menahan laju permintaan domestik, namun upaya akselerasi vaksinasi diproyeksi menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Pada keseluruhan tahun 2021, ekonomi Sumut diprakirakan akan terakselerasi dengan range pertumbuhan 2,5-3,3 persen dengan potensi bias bawah, sejalan dengan pelaksanaan kebijakan PPKM.
“Pertumbuhan Ekonomi 2021 diproyeksikan terakselerasi dengan potensi bias bawah,” kata Soeko.
Sisi Lapangan Usaha Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Pertanian (21,82 persen), produksi perkebunan meningkat hasil replanting tahun 2012, Kepmen Pertanian No.833/KPTS/SR.020/M/12/2019 mendukungpeningkatan kebun kelapa sawitIndustri Pengolahan (19,54 persen).
Optimisme perbaikan kinerja secara keseluruhan sebagai efek positif dari vaksinasi dan adaptasi kebiasaan baru Perdagangan Besar & Eceran (19,01 persen).
Sertifikasi CHSE dan vaksinasi menjadi sumber utama pemulihan aktivitas konsumsi dan mobilitas masyarakat Konstruksi (13,31 persen), berlanjutnya proyek PSN dan infrastruktur daerah.
Sisi Pengeluaran, konsumsi Rumah Tangga (51,44 persen), konsumsi Pemerintah (7,18 persen), investasi PMTB (30,84 persen) dan
Ekspor (37,74 persen). “Vaksin mendorong normalisasi aktivitas ekonomi, proyek pemerintah yang sempat tertunda kembali berjalan,” ungkapnya.
Is menambahkan pembatasan kegiatan mulai melonggar sejak 5 Oktober 2021, sejalan dengan penurunan status level PPKM dampak dari penurunan kasus Covid-19 di SumateraUtara.
Indikator triwulan III 2021 yang menunjukkan perlambatan diperkirakan akan berubah arah pada triwulan IV sejalan dengan pelonggaran pembatasan kegiatan.
“Optimisme berasal dari pelaku usaha hasil Liaison yang memperkirakan adanya peningkatan permintaan ekspor, domestik maupun investasi,” jelas Soeko.
Potensi ini ditengarai berasal dari menguatnya harga komoditas utama di pasar internasional, kinerja ekspor-impor yang menguat, dan perbaikan PMI negara mitra dagang.
Berbagai indikator menunjukan peningkatan optimisme perekonomian Indikator Triwulan III menunjukkan perlambatan ekonomi, dampak PPKM. “Namun, memasuki triwulan IV pelonggaran pembatasan PPKM membawa angin positif,” jelasnya.
Survei Konsumen Survei Penjualan Eceran Angin positif tersebut diantaranya adalah menguatnya harga komoditas internasional dan perbaikan kinerja mitra dagang yang mendorong permintaan. (wie)