MEDAN (Berita): PT Bina Sawit Makmur (BSM), anak usaha PT Sampoerna Agro Tbk yang berkedudukan di Provinsi Sumatera Selatan tampil menjadi produsen kecambah sawit terbesar kedua di Indonesia.
Perusahaan tersebut berhasil merebut pangsa pasar hingga 18 persen tahun ini dengan penjualan 120 juta kecambah untuk memenuhi kebutuhan program PSR.
Hal itu diungkapkan dua perwakilan PT Sampoerna Agro, Budi Halim dan Hari, dalam Public Expose (PUBEX) 2021 yang digelar secara daring oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (10/9) pagi.
Tahun lalu, penjualan kecambah BSM masih sekitar 13 persen. BSM berada di bawah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang memimpin pasar dengan porsi penjualan kecambah untuk PSR hingga 35 persen.
“Kami mendukung sepenuhnya penyediaan kecambah untuk merealisasikan target luasan lahan PSR yang dicanangkan pemerintah seluas 180.000 hektar pada tahun ini,” kata Budi Halim.
Untuk konsumen perusahaan, BSM berhasil menjual 48 juta kecambah dari Januari sampai Agustus lalu.
Sejauh ini, perusahaan telah memperoleh keuntungan hingga 118 persen atau senilai Rp 73,33 miliar dari penjualan kecambah DxP Sriwjaya.
Nilai tersebut menyumbang 3 persen pada total keuntungan Sampoerna Agro. Tahun lalu, penjualan kecambah DxP Sriwijaya hanya menyumbang Rp33,68 miliar.
Program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang berlangsung sejak tahun 2017 berhasil mendongkrak penjualan kecambah varietas DxP Sriwijaya yang diproduksi PT Bina Sawit Makmur (BSM), anak usaha PT Sampoerna Agro Tbk yang berkedudukan di Provinsi Sumatera Selatan.
Serapan kecambah DxP Sriwijaya semakin bertambah seiring dengan pelaksanaan replanting di perkebunan sawit milik Sampoerna Agro dan milik para petani plasma binaan perusahaan tersebut.
Perkebunan sawit Sampoerna Agro dan plasmanya tersebar di Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, dan Provinsi Kalimantan Barat. (wie)