MADINA (Berita): Willem Iskandar pahlawan pendidikan yang terlupakan, sangat layak jadi pahlawan nasional.
Presiden Pengurus Besar Ikatan Pemuda Mandailing ( PB IPM) Bung Tan Gozali Nasution didampingi Sekjen Bung Asri Siregar dan Waketum Bung Syarifuddin Rangkuti, Minggu (16/4).
Bung Tan Gazali mengajak seluruh lapisan masyarakat Mandailing dan Sumatera Utara dalam beberapa hari ini sebelum memperingati hari pendidikan nasional 2 Mei 2023 untuk menjadikan pahlawan pendidikan menjadi pahlawan nasional.
“Sebagai generasi Mandailing dan Sumatera Utara seharusnya kita bangga karena ada pahlawan pendidikan jauh sebelum Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa 3 Juli 1922 sebagai pahlawan pendidikan yang terlupakan,” ujarnya.
Dikatakan, sebagai inspirasi kita, pahlawan pendidikan yang berasal dari Mandailing Sumatera Utara Sati Sutan Iskandar Nasution atau lebih dikenal Willem Iskandar yang harusnya layak diangkat jadi pahlawan nasional.
“Karena beliau adalah pendiri sekolah pribumi pertama Indonesia (Kweekscool Tanobato 1862-1873) yang sekarang di atas lokasinya berdiri SMA Tanobato/SMAN 1 Panyabungan Selatan, satu-satunya sekolah yang tiga kali didatangi Menteri Pendidikan, mulai dari menyurvei lokasi, peletakan batu pertama dan peresmian sewaktu Menteri Pendidikan Daud Yusuf,” ujar Presiden PB IPM.
Willem Iskandar lahir Pidolilombang, Panyabungan, Mandailing, 1840 dan meninggal dunia di Amsterdam Belanda 1876.
Beliau perintisan dan loncatan gagasan kebangsaan Willem Iskander tidak bisa lepas dari para mentor yang memberikan fasilitas, seperti Godon, Dirk Hekker, Milles-guru-guru di Belanda yang sangat menaruh perhatian pada pendidikan keguruan.
“Tak ketinggalan pula, Eduard Douwes Dekker, sesama pegawai Belanda yang kemudian terkenal dengan nama samaran Multatuli lewat karya monumentalnya, Max Havelaar, yang ditulisnya1859,” ujar Bung Tan Gozali yang juga Wakil Ketua DPD KNPI Sumatera Utara.
Selain perintis sekolah guru desa, dalam arti pendidikan tidak hanya dalam kelas, juga masyarakat dan dengan bahasa Mandailing sebagai pengantar.
Willem Iskander juga dikenal pengarang, prosa dan puisinya yang terkumpul dalam Si Bulus Bulus, Si Rumbuk Rumbuk, karangan satiris yang menyuarakan semangat kemerdekaan. (irh)