PANYABUNGAN (Berita): Kendati PT Sorik Marapi Geotermal Power (SMGP) menghentikan operasional, sejumlah kalangan terus mengungkapkan keprihatinan dialami korban ‘gas beracun’.
Salahsatu pernyataan keprihatinan ini disampaikan Ketua Umum Wahana Alam Nusantara (Walantara) Provinsi Sumatera Utara Chalik S Pandia, SH, STh, melalui sambungan telepon seluler diterima beritasore.co.id di Panyabungan, Selasa (4/10).
“Terus terang, kami sangat prihatin melihat kondisi dialami masyarakat sekitar pembangkit listrik tenaga panas bumi itu,” ujarnya.
“Sudah lima kali terjadi, bayangkan, mengakibatkan lima orang meninggal dunia, ratusan warga keracunan dirawat di rumahsakit. Harus dicatat, insiden itu terjadi setelah PT SGMP ada di situ,” tambah Chalik S Pandia.
Setelah PT SGMP menyetop operasional, lanjut dia, tentu saja tidak serta-merta menutup mata dialami masyarakat yang saat ini sangat menderita.
Chalik S Pandia mengungkapkan, Walantara Sumut memonitor lewat waspada.id dan beritasore.co.id yang dilaporkan langsung dari lokasi yang dia nilai sangat aktual khususnya laporan dialami korban ‘gas beracun’.
“Saya lihat lewat laporan itu, kemarin, masyarakat desa sekitar areal PT SGMP sangat menderita. Pasca beberapa hari kejadian, sejumlah warga masih batuk-batuk, pusing, malah ada yang batuk mengeluarkan darah dan anak-anak lemas tak bisa berdiri. Tak ada perawatan. Kasihan sekali,” ujar advokat dan konsultan hukum.
Menurut Chalik S Pandia, patut diduga, ini karena pengelolaan lingkungan yang tidak beres. Sedangkan ekses dialami masyarakat , seharusnya Pemkab Madina, pihak perusahaan dan masyarakat secara umum, membantu meringankan penderitaan masyarakat.
Dia memaparkan regulasi tentang lingkungan yang seharusnya dipenuhi, termasuk PP No 22 tahun 2021, UU No 32 tahun 2009.
“Kalau tidak dipenuhi atau dilanggar, itu bisa jadi petaka, seperti dialami masyarakat terulang dan terulang. Ini sangat memprihatinkan,” ujar Ketua Umum Walantara Sumut Chalik S Pandia, SH, STh. (irh)