Srikandi Madina Melihat Ketertindasan Warga Singkuang 1

  • Bagikan
Juwita Asmara, salah satu srikandi Madina, melihat langsung kindisi warga Singkuang 1.beritasore/Ist

TIDAK hanya laki-laki, bahkan tidak sedikit kaum perempuan bereaksi melihat potret kehidupan warga Sungkuang 1 yang memiriskan sukma. Salah satu srikandi Madina bernama Juwita Asmara.

Bagaimana tidak. Ratusan warga Singkuang 1, Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal, ramai-ramai nginap di areal perkebunan PT RPR, tua-muda, laki-laki perempuan, bahkan anak-anak, sejak Senin (20/3). Melihat itu, banyak terperangah bercampur miris.

Juwita Asmara menyerahkan bantuan logistik untuk warga melaksanakan aksi massa di lokasi aksi.beritasore/Ist

Nah, adakah memang ditumpangi ?
Sejumlah orang memandangnya sebagai ‘perlawanan’ massa memprotes perusahaan yang sudah beroperasi sejak 2005.

Massa menuntut hak, toh plasma hingga kini tak kunjung tiba.

“Kita melihat sebuah kesatuan masyarakat. Keterikatan dan kekerabatan luar biasa.

Masyarakat tertindas, Jarak tak jadi pemisah ketika masyarakat kami menjerit dan mengalami masalah,” ujar Juwita Asmara, anggota DPRD Madina, melihat langsung kondisi warga Singkuang 1, kemarin.

Ibu empat anak ini, malah mengungkapkan dengan terbata-bata melihat kondisi massa di lokasi aksi.

Juwita Asmara bercerita melalui sambungan telepon seluler, bercampur tangisan.

“Kami menjerit melihat kondisi masyarakat mengalami masalah seperti itu.

Saya dari Dapil IV, saya adalah salah satu orang bertanggungjawab warga tertindas dialami masyarakat. Na’udzubillah,” ujar Juwita Asmara.

Sampai Kamis (30/3), massa terus bertahan di lokasi aksi.

Juwita Asmara berkeliling di lokasi aksi, areal perkebunan kelapa sawit milik perusahaan.beritasore/Ist

Dalam rentang 10 hari di lokasi, anggota DPRD Madina dari Partai Demokrat, melihat dan mendengar dialami warga sangat menyedihkan.

Kaum wanita dan lanjut usia disuruh pulang untuk istirahat di rumah, tapi sebagian malah tetap bersikukuh bertahan di lokasi, sampai ada yang mendengar jeritan mereka.

Di bulan suci Ramadan ini, masyarakat tetap melaksanakan sederetan kegiatan keagamaan di lokasi aksi, termasuk kaum wanita berbondong-bondong melaksanakan salat tarawih.

Kaum perempuan memang memberi peranan sangat penting.

Sejumlah omak-omak bergerak ke depan di depan portal menggagalkan panen TBS (tandan buah segar) sawit di areal perusahaan.

Sebenarnya, masyarakat sudah lelah menghadapi semua ini, dengan keterbatasan yang ada.

Sebagian warga hidup berlantaikan bumi beratapkan langit. Hujan lebat, badai dan petir. Puluhan warga sakit-sakit. Sampai kapan…?

“Saya sangat berharap agar PT RPR sesegera mungkin mengambil sikap dan melaksanakan plasma sesuai tuntutan masyarakat, kita semua mestinya sangat prihatin,” ujar Juwita Asmara.

Sekali lagi, adakah yang menumpangi di tengah masalah Singkuang 1? Wallahu a’lam. (Irham Hagabean Nasution).

Berikan Komentar
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *